Aku menghitung lalu memetik sekumpulan cahaya di balik celana yang kugunakan duduk memesan kopi terbaik di sebuah kota yang riuh, penuh harap, kadang-kadang kota ini membuatku cemas untuk terus bertumbuh dan berharap. Lembar-lembar terkakhir di balik celana—sungguh kukasihi layaknya seorang perawan yang seringkali mendekap hangat tubuh ini ketika musim hujan datang di awal-awal november. Ia memberi nafas yang begitu panjang. Ia menghidupi sepanjang waktu. Lalu aku duduk berjam-jam di depan layar, berbincang dengan diri sendiri—tentang nasib masa depan yang sedang kutulis pada sebuah halaman kosong tanpa huruf juga angka. Aku mencintai lembar terakhir yang dicintai begitu banyak manusia, ia tak dapat menemaniku berbincang, ia tak dapat memelukku dengan erat, ia adalah lembar yang selalu kubawa di balik celana—untuk membayar segala sesal dan kopi terakhir yang kupesan—sembari terus membaca ratusan buku puisi yang telah lama tertinggal di rak yang berdebu. Tanganku telah lelah memet
Letak Rindu adalah blog yang membahas tentang puisi, cerpen, novel, esai budaya populer.