Lembar-lembar
terkakhir di balik celana—sungguh kukasihi layaknya seorang perawan yang
seringkali mendekap hangat tubuh ini ketika musim hujan datang di awal-awal november.
Ia memberi nafas yang begitu panjang. Ia menghidupi sepanjang waktu.
Lalu aku duduk
berjam-jam di depan layar, berbincang dengan diri sendiri—tentang nasib masa
depan yang sedang kutulis pada sebuah halaman kosong tanpa huruf juga angka.
Aku mencintai lembar
terakhir yang dicintai begitu banyak manusia, ia tak dapat menemaniku berbincang,
ia tak dapat memelukku dengan erat, ia adalah lembar yang selalu kubawa di
balik celana—untuk membayar segala sesal dan kopi terakhir yang kupesan—sembari
terus membaca ratusan buku puisi yang telah lama tertinggal di rak yang berdebu.
Tanganku telah lelah
memetik huruf-huruf di keyboard komputer usang dimakan waktu. Lembar-lembar
terakhir balik di celana menyelamatkanku dari rasa dahaga kemarau, dari gigil
malam, dari akhir bulan yang mencekam. Ia menyelamatkanku dari bahaya—ia
menjelama cahaya di malam kelam.
Arif Hukmi, 2020
Nominasi 10 Karya Terbaik Pekan Literasi Bank Indonesia Tahun 2020
Comments
Post a Comment