sumber: https://designyoutrust.com |
Setiap pagi kau berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sempit , dibatasi pagar-pagar besi yang kikir.
Kita adalah sepasang kekasih yang ditolak debur ombak Losari. Di sana tak ada secuil pasir yang edentik dengan sebuah pantai, selain deru angin mendayu-dayu
Betapa nihil dan ringkih semesta
sepasang kekasih menikmati pantai beton yang punya banyak pengunjung, setiap akhir pekan berganti. Jika benar-benar terjadi kelak teluk Makassar akan direklamasi.
Pantai ini akan menjadi beton yang lebih mirip alun-alun kota daripada pantai. Sementara di lain hal beberapa anak muda menghabiskan waktu memandangi senja berkali-kali dan pelukan sesekali.
Hal apa lagi yang lebih gigil kekasih ketika memelukmu saat senja menyinari langit Losari. Saat penjual pisang epe’ sedang menyiapkan jajanannya untuk beberapa orang nikmati.
Di dekapku kau menyandarkan kepalamu dan bertanya-tanya tentang pantai ini, pantai yang menjadi ikon kota dan ajang perayaan empat belas februari.
Barangkali kauperlu menyadari semua hal yang ada di sini. Kemesraan, kerinduan, sakit hati juga pertemuan. Tercipta di sini — di langit Losari
Comments
Post a Comment