pada teluk Buton—angin berkelabat
memecah keheningan dan kesejukan
cicit burung menemani merangkai malam kita hingga pagi tandang
kau memandangi Watu Sangia sambil menyeka air matamu
membayangkan keangkuhan kota yang terlalu sibuk dengan kelakar
semakin mengakar
kata-kata kasar bertebaran
digerus ombak dan siut angin
diterbangkan hingga jauh
2/
di kaki Watu Sangia
anak-anak Tangkeno bercengkrama tanpa beban apa-apa
tanpa bertanya;
agamamu apa
kau timur atau barat
selatan atau utara
3/
sesekali mereka memainkan Lolu Alu sambil menggoyangkan sebilah bambu di tangannya yang suci
tidak ada raut kepedihan di wajahnya
ia berbahagia
berbahagia
4/
di negeri awan yang gulita
keramahan ialah teman paling berharga—selain kesepian itu, katamu
ia menerangi asal dan memerangi perbedaan
5/
ketamakan kedinginan ditiup angin Kabaena
menusuk tulang yang tualang ke negeri tenggara
6/
pada alun tubuh yang membentang luas
kami berpelukan
merayakan kedinginan
melepaskan kedengkian
menerawang angan-angan
7/
sungguh—cinta kami begitu hidup
tanpa sekat apa-apa
Comments
Post a Comment