Awal
tahun 2020 Jakarta dihantam banjir yang cukup parah, kecelakaan heli yang
menimpa legenda NBA Kobe Bryant, pandemi yang membuat hidup kita begitu berbeda
dari biasanya, pandemi memaksa kita untuk berjarak, pandemi memaksa kita untuk
berjauhan lalu kemudian berinteraksi via layar-layar smartphone atau komputer
kita, pandemi membuat kita LDR-an, pandemi mengubah rencana-rencana kita.
Pandemi mengubah banyak hal dalam hidup.
Barangkali kita sepakat bahwa tahun ini adalah tahun yang begitu banyak menguras energi, air mata, kemarahan, kesedihan. Dari kalangan selebriti Bunga Citra Lesti kehilangan kekasih hatinya lebih dulu, Ahraf Sinclair meninggal di RS Metropolitan Medical Center (MMC) Jakarta.
Tentu
saja itu adalah kesedihan paling berat bagi Bunga Citra Lestari, ia tidak
pernah menduga lelaki yang paling ia cintai akan meninggalkanya lebih dulu.
Kesedihan juga tentu saja dirasakan oleh Presiden Joko Widodo saat negeri ini
dihantam pandemi, beliau kehilangan ibunda tercinta. Kau tahu yang paling
menyedihkan adalah saat anak lelaki kehilangan ibundanya, saat negara yang
beliau pimpin menghadapi pandemi global. Malam setelah Presiden Jokowi
mengantarkan Ibundanya, beliau langsung terbang ke Istana Bogor untuk
mengikuti KTT Virtual G20 Bahas Covid-19 bersama pemimpin dunia yang
lainnya. Meski kesdihan itu tetap terlihat dari seorang anak lelaki yang baru
saja mengantarkan malakait hidupnya.
Glenn Fredly juga pergi meninggalkan kita untuk selamanya, ia menyimpan lagu-lagu cinta untuk kita semua; Kasih Putih, Januari, Sekali Ini Saja, Sedih Tak berujung dan lagu-lagu pengingat waktu lainnya. Konser terakhir Glenn yang saya saksikan di Lapangan TSM Makassar bersama kekasih saya adalah konser perpisahan Glenn dengan fans-fansnya di kota ini. Setelah Glenn pergi meningalkan kita semua, Didi Kempot, penyanyi campur sari sekaligus duta ambyar pergi menghadap sang khalik. Ia meninggalkan kita saat sedang sayang-sayangnya, itu dibuktikan dengan menjadi trending di linimasa.
Lalu
beberapa bulan kemudian,tepatnya di bulan Juli, Sapardi Djoko Damono, penyair
dan juga Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia meningalkan kita
semua. Sapardi meningalkan begitu banyak ingatan atas puisi-puisinya,Hujan
Bulan Juni, Berjalan Ke Barat, Aku Ingin dan tentu Pada Suatu Hari Nanti. Sebab
yang fana adalah waktu, kita memungut detik demi detik segala hal yang hilang
dan menyimpannya sebagai ingatan yang tak pernah lekang.
Dari
pelajaran-pelajaran hidup di atas, saya ingin, paling tidak ingin mengakhiri tahun yang berat ini dengan perayaan sederhana, mengucap syukur kepada yang
kuasa, sebab saya masih bisa menghirup udara, masih bisa menikmati banyak hal,
meski kadang-kadang di dalam diri acapkali mengeluh.
Tidak
terasa tahun 2020 saya lalui dengan begitu banyak cobaan, begitu banyak
kesedihan yang menghampiri saya atau barangkali kita semua, dua bulan lagi
tahun yang berat ini akan segera berakhir dan berganti. Cobaan yang datang silih
berganti ini adalah bagian dari proses pendewasaan diri untuk saya dan
barangkali juga untuk kita semua dan diri perempuan yang begitu tulus
mencintai saya.
Sikap-sikapku yang buruk telah kusadari dan kuperbaiki. Sikap toxic, amarah dan posesifku kepada kita, yang kadang kala terlalu cemburu. Caraku memperbaikinya dengan lebih dekat dengan Tuhan menjalanankan sholat 5 waktu, merenungkan semua sikapku ke kita. Terima kasih atas kesabar-kesabaran menghadapi sikapku yang dulu. Caraku mencintai yang keliru, jawaban itu saya temukan setelah merenungkannya kurang lebih sebulan lebih. Bukankah tidak ada satupun manusia di bawah kolong langit ini yang sempurna, segala hal yang kurang baik tentu kita akan perbaiki, tentu saja setelah menyadarinya, sebab diri sendir lah yang tahu hal-hal itu.
Senin, 12 Oktober 2020 seorang perempuan yang begitu tulus genap berusia 23 tahun. Doa-doa terbaik selalu saya ucapkan untuknya. Sejauh ini, kita berdua telah melewati satu persatu ujian kehidupan, telah menyelesaikan studi S1 bersama dan itu adalah janji kami berdua di malam tahun baru 2019. Dan kini kita kembali bersama berjuang untuk menyelesaikan studi S2 di kampus yang sama-- itu adalah salah satu alasan saya mengapa masih mecintai Makassar. Hari ini adalah hari ulang tahunmu yang ketiga--yang kita rayakan semenjak kita mulai dekat di tahun 2018. Ulang tahun ke 22 kemarin, telat saya saya rayakan bersama kita karena sedang dihantam kesibukan--yang kufikir kita juga pahami.
Ketika kita berdua sama-sama telah menyelesaikan studi S2 umurku 27 tahun dan kita genap 25 tahun. Di umur yang kufikir kita berdua sudah matang untuk saling berikrar, berjanji untuk hidup bersama dalam susah dan senang yang kita beri nama pernikahan. Insya Allah saya akan meminta restu kepada kedua orang tuata untuk nikahiki, nafkahiki lahir dan batin sebab itu adalah tanggung jawab saya sebagai laki-laki dan calon ayah untuk anak-anak kita kelak. Itu adalah tujuan kita pada akhirnya.
Teruslah
tumbuh dan membanggakan, rawatlah segala hal yang kita miliki, doa-doa tak
pernah putus saya panjatkan untukmu, jagalah segala hal yang pernah kita
ucapkan bersama, raihlah impian-impianmu. Selamat ulang tahun ke-23 Violaku,
teruslah bercahaya meski malam tanpa bintang dan bulan.
Comments
Post a Comment