Skip to main content

Posts

Suara dari Tangkeno

sumber:  behance.net 1/ pada teluk Buton—angin berkelabat memecah keheningan dan kesejukan cicit burung menemani merangkai malam kita hingga pagi tandang kau memandangi Watu Sangia samb il menyeka air matamu membayangkan keangkuhan kota yang terlalu sibuk dengan kelakar semakin mengakar kata-kata kasar bertebaran  digerus ombak dan siut angin  diterbangkan hingga jauh 2/ di kaki Watu Sangia anak-anak Tangkeno bercengkrama tanpa beban apa-apa tanpa bertanya; agamamu apa kau timur atau barat selatan atau utara 3/ sesekali mereka memainkan Lolu Alu sambil menggoyangkan sebilah bambu di tangannya yang suci tidak ada raut kepedihan di wajahnya ia berbahagia berbahagia 4/ di negeri awan yang gulita keramahan ialah teman paling berharga—selain kesepian itu, katamu ia menerangi asal dan memerangi perbedaan 5/ ketamakan kedinginan ditiup angin Kabaena menusuk tulang yang tualang ke negeri tenggara 6/ pada alun tubuh ya

Perjalanan-Perjalanan yang Tak Pernah Selesai

sumber:  behance.net Ketika penghujung desember tiba, ada begitu banyak hal-hal yang dapat membawa saya ke tahun-tahun yang lalu, ke bulan-bulan lalu dan hari-hari yang telah berlalu. Desember membawa saya, kita atau barangkali kau juga untuk mengingat, merenung, dan merefeklsi hari-hari, bulan-bulan dan tahun-tahun yang telah kita lalui.  Tentu ada begitu banyak hal yang berubah dari diri kita; fisik maupun cara berfikir kita. Hari-hari yang telah kita lalui menjadi bermakna ketika hal itu telah berlalu, kita merindukan banyak hal; tempat-tempat yang pernah kita kunjungi, orang-orang yang kita kenali, kisah-kisah yang membentuk diri kita, momen-momen penting dalam hidup kita, hari-hari bersejarah, cerita-cerita penuh tangis, hari-hari penuh tawa. Tahun 2010 tepat sepuluh tahun yang lalu saya baru saja tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang belum mengenal banyak hal seperti internet salah satunya. Sepuluh tahun yang lalu itu, saya jalani tanpa listrik dan jarin

Membalas Sajak Nguyen Van Dinh

sumber:  jypg.net “ Humanity is not a theory but an action.  Indonesian people have done to us Vietnamese refugees”. Nguyen Van Dinh Nguyen jatuh berderai menjadi laut, menjadi sungai menjadi manusia layar menembus lipatan ombak, cuaca kelam, terik beriak di laut china selatan. Ia melaju jauh waktu berlayar tegang  waktu itu genderang perang ditabuh di seluruh pantai  jangkar dilemparkan dibuntuti resah, prahara  kecemasan yang membara. waktu itu laut kejam menumbangkan seorang anak kecil wanita tua, pemuda lapar, orang-orang hiper Nguyen penuh harap pada sisa nafas tidak ada lagi batas teritorial negara  ia dilenyapkan jarak antar benua, samudera, garis khatulistiwa menggelayut dengan denting jam dinding berpaut dengan maut. perahu melaju menuju galang menjadi rumah kedatangan orang Vietnam   Nguyen tinggal diam membatu di belantara karang  dengan perahu, gelas berisi teh panas, semangkok keramahan  ia diredam amarah, darah

Kita Ingin Marah Kepada Siapa? Selain Marah Kepada Diri Sendiri

sumber: mail.google.com Kemarahan memang tidak bisa jauh dari diri manusia, ia timbul ketika ekspektasi, keinginan atau situasi yang tidak dapat tercapai, kita akan marah dan menyalahkan banyak hal, hingga lupa memarahi diri sendiri. Listrik memang telah menjadi obyek vital bagi peradaban. Ketika suatu waktu di daerah tempat kita tinggal, tiba-tiba listrik padam dan kita marah, satu-satunya objek kemarahan kita tertuju pada PLN — sebagai perusahan penyedian listrik milik negara. Tetapi, padamnya listrik tentu dengan berbagai sebab, misalnya kerusakan pembangkit listrik, meledaknya transformator (trafo) atau tumbangnya tiang listrik di seberang jalan yang jauh dari keramaian, maka bersabarlah, hal itu hanyalah persoalan sederhana, ada yang lebih kompleks dari hal remeh seperti itu. Kemarahan memang tidak bisa jauh dari diri manusia, ia timbul ketika ekspektasi, keinginan atau situasi yang tidak dapat tercapai, kita akan marah dan menyalahkan banyak hal, hingg

Hal-Hal Sederhana yang Membuat Anak Membaca

Dua puluh tahun yang lalu di sebuah desa terpencil di pedalaman Sulawesi. Saya dilahirkan oleh orangtua yang akrab dengan buku, saya diajari merangkak, diajari berjalan, diajari membaca huruf-huruf abjad a,b,c,d,e dan seterusnya. Orangtua saya begitu akrab dengan buku, terlebih buku-buku bahan ajar, karena waktu itu Ayah saya adalah salah seorang Guru di kampung saya yang jauh dari Perpustakaan Daerah, apalagi toko-toko buku.  Di rumah itulah saya mulai mengenal, bergaul, bercengkrama dengan sesuatu bernama buku. Karena pada usia 6-12 Tahun seorang anak, mudah sekali meniru apa yang dilihat, apa yang dilakukan orang-orang terdekatnya, misalnya orangtuanya. Orangtua saya selalu menyempatkan waktunya untuk membaca buku di rumah setiap akhir pekan. Di rumah ada begitu banyak bahan bacaan; buku, majalah, koran dan lainnya. Waktu itu saya selalu penasaran dengan semua hal yang ada di dalamnya. Akhirnya saya mulai membaca dengan niat untuk mengisi waktu luang dan tentu untuk men

Ulang Tahun Pendengar Coldplay

sumber:  coldplayart.imobileappsys.com Usia adalah air sungai yang akan bermuara di laut lepas yang seringkali lupa kita syukuri. 21 tahun adalah usia dimana kau telah cukup jauh melangkahkan kaki, meraba banyak benda,  melihat banyak pelajaran hidup yang penuh kepalsuan ini — tentu saja ada tawa dan kesedihan di sana. Kau melewati jalan terjal yang berliku, harapan tentang kedewasaan bukan dipungut oleh usia yang semakin bertambah terus menerus setiap waktu, ia tertanam di kepala kau sendiri.  Tumbuhlah dengan tidak menyebalkan lagi   T ulisan di atas kukirimkan sebagai ucapan ulang tahunnya yang telat sehari untuk kusampaikan padanya. Saya mengetahui hari ulang tahunnya, saya sengaja untuk berlama-lama menyampaikan hal itu padanya agar saya terlihat menjengkelkan, menyebalkan dan seterusnya. Saya lebih suka menyampaikan hal-hal seperti ini di akhir-akhir. Saya menolak sama di hadapan banyak orang. Ternyata dugaanku benar adanya, 13 September 2018 saya mengirimkan cha

Mengunjungi Tanah Banua Itu

sumber:  https://tanjand.livejournal.com Catatan perjalanan 1: S aya selalu mempunyai angan-angan untuk bertemu dengan orang-orang yang baru di tempat yang jauh dari tempatku menghabiskan banyak hal. Di kepala saya itu yang selalu hadir dan tertanam. Dua minggu yang lalu, saya mengunjungi tanah Borneo untuk pertama kalinya dalam hidup saya — setelah saya berumur 24 tahun — kau membayangkan betapa lebaynya saya, kan. Hal itu kemudian memaksa saya untuk menuliskan catatan pendek ini, sebab ingatan saya seringkali melewatkan hal-hal yang sungguh sederhana, hal yang pernah kulalui. Karena hal itu saya perlu menggambarkannya di sini, tentu saja dengan pengambaran lewat teks yang belum tentu akan kaubaca sampai selesai. 30 September 2018, tepatnya di hari Jumat, saya diantar oleh seorang kawan menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar yang terletak di Maros (seperti kata pramugri jika pesawat akan landing di bandara itu). Pukul 11 lebih 25 menit WITA saya ber